Pria yang pernah dengan lantang meneriakkan zelfbestuur saat Belanda masih begitu kuat mencengkeramkan kekuasaan di nusantara, merupakan induk semang dari tokoh pendiri bangsa ini. Rumahnya di Gang Peneleh, Surabaya menjadi tempat berkumpul bagi Soekarno, Kartosoewirdjo, Darsono, Alimin, Semaoen, hingga Musso.
Esai-esai yang tersimpul dalam buku ini mencoba membedah berbagai persoalan zaman kiwari dalam tilikan pikiran-pikiran Tjokro. Keragaman tema yang didedah merupakan refleksi atas begitu luasnya semesta pemikiran seorang Tjokro.
Upaya reinventing ini, berbalur asa agar pemikiran tokoh yang menjadi sumber mata air bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia modern, yang darinya mengalir deras arus besar ideologi sosialisme, nasionalisme, dan islamisme, bisa menjadi katalisator kegelisahan anak negeri yang dicabik saling curiga.
Rajutan esai-esai ini adalah ikhtiar meneroka ulang serpih adicita anak bangsa yang bergelar Jang Oetama.