Bulir-bulir air mata kini mengalir deras dari kedua mata Juwita. Masih ada yang harus dia sampaikan, tetapi tampak bingung untuk memulainya dan itu bisa tertangkap jelas oleh Camelia.
“Terusss? Apa lagi, Wit?” Dengan nada suara lembut Camelia meminta Juwita untuk melanjutkan cerita yang masih belum selesai tersebut.
Sementara Juwita yang masih menangis pelan, berkali-kali mencoba mengatur napas agar bisa mengontrol dirinya, supaya mampu menceritakan semuanya pada Camelia. Hening beberapa saat di antara mereka berdua dan akhirnya Juwita pun melanjutkan percakapan siang itu.
“Sebelumnya aku minta maaf sama Mbak Camelia, tapi aku harus sampaikan ini.”
“Soal apa, Wit?” Camelia penasaran.
“Aku istri sahnya Mas Frans,” jawab Juwita tegas, tetapi tetap dengan nada pelan.
“Enggak. Enggak mungkin. Frans enggak pernah nikah sama siapa pun!” Ekspresi Camelia berubah menjadi bercampur aduk. Tadi dia hanya tampak sedih, tetapi kini terlihat ada emosi, kepanikan, bingung.
“Mbak, tolong, biar aku jelasin dulu!” bujuk Juwita.
“Oke, lanjutkan!”