Aa Ruslie, seorang karyawan kelas sandal jepit secara tidak sengaja bertemu Ferdinand Sinaga dan Ariel Noong Ah di car free day Dago. Pertemuan dengan kedua orang ini mengingatkan dia kepada sahabatnya, Kang Aceng yang bermukim di Garut. Berbekal kepercayaan diri yang sangat tinggi, Aa Ruslie melakukan perjalanan dari Bandung ke Garut dengan cara backpacker guna menemui sahabatnya itu. Perjalanan dimulai dari kamar kontrakannya di Ledeng kemudian menyusuri jalanan Kota Bandung dan berakhir di Cipanas, Garut.
Menyusuri Kota Bandung dengan berjalan kaki ternyata membawa sejuta hikmah. Aa Ruslie menemukan sisi lain Kota Bandung yang dihuni aneka wajah, yang mempunyai karakter dan peran berbeda-beda. Mulai dari petugas kebersihan Kota Bandung yang bernama Farhat dan Abbas yang ternyata mantan pengemis, mantan anggota dewan yang mencalonkan diri kembali pada pemilu 2014, penjual batu akik yang mengobral khasiat batu akik, seorang haji yang gemar bermain catur, orang gila yang kelaparan, dan orang-orang dengan peranan lainnya. Dari dialog-dialog ringan yang dilakukan, Aa Ruslie dapat menyelami dan menilai peranan orang-orang yang ditemuinya.
Setelah bertatap muka dengan sahabatnya, Aa Ruslie menyadari bahwa masalah di negeri ini sebagian terwakili oleh wajah-wajah yang ditemuinya. Kebohongan, ketidakadilan, kesenjangan sosial menggurita dalam berbagai lapisan masyarakat. Negeri ini membutuhkan orang-orang yang berkarakter jujur, berani, dan tulus dalam mengelola kekayaan negara. Aa Ruslie merasa berdosa dengan peran yang selama ini dijalaninya di tempat kerjanya.
Buku Sejuta Wajah Sejuta Peran ini mencoba mengkritisi keadaan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Indonesia. Dengan bumbu humor ala urang Sunda, saya ajak pembaca untuk mengkritisi dan menertawakan diri sendiri.
Penulis
Eli Rusli
Penyunting
Nisaul Lauziah Safitri
Penata Letak
Yuniar Retno Wulandari
Pendesain Sampul
Hanung Norenza Putra
Bandung; Ellunar, 2017
xi+153hlm., 14.8 x 21 cm
ISBN: 978-602-5514-32-6
Cetakan pertama, Desember 2017
Harga
Rp44.000